Jumat, 28 Maret 2008

Obesitas Vs Kegemukan.....

Seiring dengan meningkatnya taraf kesejahteraan masyarakat, jumlah penderita kegemukan (overweight) dan obesitas cenderung meningkat. Di Indonesia, masalah kesehatan yang diakibatkan oleh gizi lebih ini mulai muncul pada awal tahun 1990-an. Peningkatan pendapatan masyarakat pada kelompok sosial ekonomi tertentu, terutama di perkotaan, menyebabkan adanya perubahan pola makan dan pola aktifitas yang mendukung terjadinya peningkatan jumlah penderita kegemukan dan obesitas (Sunita Almatsier, 2004).

Kegemukan dan obesitas merupakan dua hal yang berbeda. Namun, keduanya sama-sama menunjukkan adanya penumpukan lemak yang berlebihan di dalam tubuh, yang ditandai dengan peningkatan nilai indeks massa tubuh diatas normal. Penderita obesitas mengalami penumpukan lemak yang lebih banyak dibandingkan dengan penderita kegemukan untuk jangka waktu yang lama, dan berisiko lebih tinggi untuk terkena beberapa penyakit degeneratif seperti penyakit payah jantung kongestif (CHF), hipertensi, diabetes melitus tipe 2 dan sebagainya. Namun secara umum obesitas dapat didefinisikan sebagai suatu kelainan atau penyakit yang ditandai dengan penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan. Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan:

  1. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bila BB > 120% BB standar.
  2. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120% 6 atau Z-score ≥ + 2 SD.
  3. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.6
  4. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk dilapangan.
  5. Indeks Massa Tubuh (IMT), > persentil ke 95 sebagai indikator obesitas.

Penyebab obesitas belum diketahui secara pasti. Namun beberapa kemungkinan yang dapat menjadi pencetus terjadinya obesitas antara lain :

* Faktor Genetik

* Faktor lingkungan

1. Aktifitas fisik.

2. Faktor nutrisional.

3. Faktor sosial ekonomi.

Masalah obesitas, jika tidak segera ditangani akan dapat menimbulkan berbagai penyakit – penyakit tertentu yang dapat mengganggu seluruh sistem dalam tubuh antara lain :

1. Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskuler

Faktor Risiko ini meliputi peningkatan: kadar insulin, trigliserida, LDL-kolesterol dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL- kolesterol.

2. Diabetes Mellitus tipe-2

Diabetes mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas.5,15 Prevalensi penurunan glukosa toleran test pada anak obesitas adalah 25% sedang diabetes mellitus tipe-2 hanya 4%. Hampir semua anak obesitas dengan diabetes mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke 99. 16

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitas seharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet, peningkatan aktifitas fisik, dan mengubah / modifikasi pola hidup

Nyeri Dada Dapat Menyerang SIAPA SAJA..!!!!!

Nyeri dada merupakan salah satu keluhan yang paling banyak ditemukan di klinik..Salah satu bentuk nyeri dada yang paling sering ditemukan adalah angina pektoris yang merupakan gejala penyakit jantung koroner dan dapat bersifat progresif serta menyebabkan kematian, sehingga jenis nyeri dada ini memerlukan pemeriksaan yang lebih lanjut dan penangannan yang serius. Berikut ini merupakan beberapa hal yang dapat memicu timbulnya nyeri dada terutama angina pektoris :

Ø Penyakit katup jantung terutama pada stenosis aorta

Ø Stenosis aorta akibat klasifikasi (non-rematik) yang terjadi pada orang tua atau karena penggantian katup

Ø Tahikardi yang intermiten atau menetapkan seperti fibrilasi atrial terutama pada orang tua

Ø Hipertensi, obesitas dan DM yang tidak terkontrol

Ø Penyakit paru obstruktif, dan emboli paru

Ø Trauma lokal atau radang dari rongga dada otot, tulang kartilago

Ø Refluks gaster,eofagitis, keganasan atau infeksi esofagus, perforasi ulkus peptikum, pankreatitis akut distensi gaster

Angina pektoris adalah jenis nyeri dada yang perlu diperhatikan karena merupakan petunjuk ke arah penyakit jantung koroner. Ada 3 dasar jenis angina yaitu angina stabil, angina tak stabil dan angina variant. Angina stabil ( Angina klasik, Angina of Effort), serangan nyeri dada khas yang timbul waktu bekerja. Berlangsung hanya beberapa menit dan menghilang dengan nitrogliserin atau istirahat. Pada Angina tak stabil (Angina preinfark, Insufisiensi koroner akut), Jenis Angina ini dicurigai bila penderita telah sering berulang kali mengeluh rasa nyeri di dada yang timbul waktu istirahat atau saat kerja ringan dan berlangsung lebih lama. Sedangkan Pada angina variant (angina Prinzmetal) yaitu jenis angina yang jarang, nyeri timbul akibat spasme pembuluh darah koroner yang normal ataupun ketidakseimbangan antara kebutuhan O2 miokard dengan aliran darah juga dapat terjadi bukan karena faktor koroner yang dapat menimbulkan angina non-koroner seperti misalnya pada hipertensi, anemia dan DM yang tidak. Ada 2 macam jenis nyeri dada yaitu:

A. Nyeri dada pleuritik

Nyeri dada pleuritik biasa lokasinya posterior atau lateral. Sifatnya tajam dan seperti ditusuk. Bertambah nyeri bila batuk atau bernafas dalam dan berkurang bila menahan nafas atau sisi dada yang sakit digerakan. Nyeri berasal dari dinding dada, otot, iga, pleura perietalis, saluran nafas besar, diafragma, mediastinum dan saraf interkostalis. Nyeri dada pleuritik dapat disebakan antara lain difusi pelura akibat infeksi paru, emboli paru, keganasan atau radang subdiafragmatik dan pneumotoraks.

B. Nyeri dada non pleuritik

Nyeri dada non-pleuritik biasanya lokasinya sentral, menetap atau dapat menyebar ke tempat lain. Plaing sering disebabkan oleh kelainan di luar paru. Penatalaksanaan nyeri dada bertujuan untuk:

- Mencegah progresifitas penyakit.

- Memperbaiki kualitas hidup dengan mengurangi frekuensi serangan nyeri dada

- Mengurangi atau mencegah infark miokard dan kematian mendadak.

a. Memperbaiki faktor risiko

Walaupun masih diperdebatkan ternyata menurunkan kolesterol darah dalam jangka lama dapat mengurangi progresifitas penyakit. Pencegahan primer dengan diet ternyata bermanfaat, bila tidak ada respons dapat diberikan obat-obatan anti lipid. Exercise dapat menurunkan kolesterol LDL. Pngobatan hipertensi juga dapat mengurangi progresifits penyakit, demikian juga merokok perlu dilarang.

b. Pemberian obat-obatan

1. Nitrat

Nitrat meningkatkan pemberian O2 pada miokard dengan dialatasi arteri epikardial tanpa mempengaruhi, resistensi arteriol arteri intramiokard. Dilatasi terjadi pada arteri yang normal maupun yang abnormal juga pada pembuluh darah kolateral sehingga memperbaiki aliran darah pada daerah isomik. Toleransi sering timbul pada pemberian oral atau bentuk lain dari nitrat long-acting termasuk pemberian topikal atau transdermal. Toleransi adalah suatu keadaan yang memerlukan peningkatan dosis nitrat untuk merangsang efek hemodinamik atau anti-angina. Nitrat yang short-acting seperti gliseril trinitrat kemampuannya terbatas dan harus dipergunakan lebih sering. Sublingual dan jenis semprot oral reaksinya lebih cepat sedangkan jenis buccal mencegah angina lebih dari 5 am tanpa timbul toleransi.

2. Beta- Bloker

Beta –Bloker tetap merupakan pengobatan utama karena pada sebagian besar penderita akan mengurangi keluhan angina. Kerjanya mengurangi denyut jantung, kontasi miokard, tekanan arterial dan pemakaian O2. Beta Bloker lebih jarang dipilih diantara jenis obat lain walaupun dosis pemberian hanya sekali sehari. Efek samping jarang ditemukan akan tetapi tidak boleh diberikan pada penderita dengan riwayat bronkospasme, bradikardi dan gagal jantung.

3. Ca-antagonis

Kerjanya mengurangi beban jantung dan menghilangkan spasma koroner, Nifedipin dapat mengurangi frekuensi serangan anti-angina, memperkuat efek nitrat oral dan memperbaiki toleransi exercise. Merupakan pilihan obat tambahan yang bermanfaat terutama bila dikombinasi dengan beta-bloker sangat efektif karena dapat mengurangi efek samping beta bloker. Efek anti angina lebih baik pada pemberian nifedipin ditambah dengan separuh dosis beta-bloker daripada pemberian beta-bloker saja. Jadi pada permulaan pengobatan angina dapat diberikan beta-bloker di samping sublingual gliseril trinitrat dan baru pada tingkat lanjut dapat ditambahkan nifedi-pin. Atau kemungkinan lain sebagai pengganti beta-bloker dapat diberi dilti azem suatu jenis ca-antagonis yang tidak merangsang tahikardi. Bila dengan pengobatan ini masih ada keluhan angina maka penderita harus direncanakan untuk terapi bedah koroner.

Pengobatan pada angina tidak stabil prinsipnya sama tetapi penderita harus dirawat di rumah sakit. Biasanya keluhan akan berkurang bila ca-antagonis ditambah pada beta-bloker akan tetapi dosis harus disesuaikan untuk mencegah hipertensi. Sebagian penderita sengan pengobatan ini akan stabil tetapi bila keluhan menetap perlu dilakukan test exercise dan arteriografi koroner. Sebagian penderita lainnya dengan risiko tinggi harus diberi nitrat i.v dan nifedipin harus dihentikan bila tekanan darah turun. Biasanya kelompok ini harus segera dilakukan arteriografi koroner untuk kemudian dilakukan bedah pintas koroner atau angioplasti.




Masalah Nyeri Pinggang menghantui usia tua(low back pain)

Sakit atau nyeri di punggung sering dianggap sebagai hal biasa. Padahal, kalau dibiarkan, justru berbahaya. Dalam bahasa kedokteran Inggris, pinggang dikenal sebagai “low back”.

Bila mengangkat benda berat, tangan, lengan dan badan dapat dianggap sebagai lengan beban posterior pendek, yang berjarak dari pusat diskus intervertebralis sampai prosessus spinosus belakang. Penyelidikan itu menghasilkan perbandingan antara lengan beban anterior dan posterior, yakni 15 lawan 1. Ini berarti bahwa untuk dapat mengangkat benda seberat 50 kg lengan beban posterior itu harus diimbangi dengan bobot sebesar 750 kg. Tenaga yang mengimbangi lengan beban posterior itu adalah tenaga yang dihasilkan oleh kontraksi otot-otot.

Menurut Angela B.M. Tulaar, M.D., spesialis rehabilitasi medik dari RS MMC Jakarta, nyeri pinggang dapat disebabkan oleh berbagai penyebab, diantaranya :

Pertama, karena trauma. "Tak selalu berupa benturan, bisa juga, misalnya, dari cara mengangkat benda yang salah. "Cara bergerak atau olahraga yang salah pun bisa menyebabkan trauma yang berakibat nyeri pada punggung ," kata Angela. Trauma juga bisa mengganggu struktur tertentu di punggung serta menyebabkan robekan kecil-kecil pada otot punggung. "Hal ini sering terjadi pada kondisi di mana tidak dilakukan peregangan yang cukup saat otot kaku atau tegang," lanjut Angela. Kemudian, jika kita melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tidak tepat di saat otot kaku, "Bisa terjadi nyeri pada punggung."

Beberapa factor yang dapat menjadi suatu pencetus terjadinya nyeri pinggang yaitu :

A. Faktor Umur

. B. Indeks Massa Tubuh

C. Aktivitas

D. Penyakit - penyakit yang menjadi pemicu

Penanggulangan nyeri pinggang bertujuan untuk mengatasi rasa nyeri, mengembalikan fungsi pergerakan dan mobilitas, mengurangi residual impairment, pencegahan kekambuhan, serta pencegahan timbulnya nyeri kronik

Menurut dr. John W. Knight, hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi nyeri antara lain :

1. Duduklah dengan posisi tegak.

Untuk itu, pilihlah kursi dengan sandaran tinggi dan kuat. Bila capek dan ingin menyelonjorkan kaki, jangan lakukan sembari duduk, tetapi lakukan dengan cara berbaring. Bila terpaksa harus duduk lama, misalnya dalam perjalanan jauh, pakailah bantal untuk menahan punggung.

2. Pertahankan posisi punggung tetap tegak
Ketika mengangkat beban berat, jaga posisi punggung agar tetap tegak. Anda mesti berjongkok dengan punggung tegak dan bukan membungkuk. Caranya, tekuklah lutut dan biarkan kaki Anda yang menerima beban karena kaki lebih kuat ketimbang punggung. Bila beban terlalu berat, jangan paksakan diri.

3. Tidurlah di atas kasur agak keras.
Kasur terlalu empuk akan membuat punggung dalam posisi melengkung, sehingga Anda merasa tak nyaman saat bangun tidur.

4. Capailah bobot badan normal.
Orang gemuk mudah sakit punggung karena ada beban tubuh yang harus diterima punggung.

5. Khusus Wanita,
Hindari sepatu bertumit tinggi. Tumit tinggi, terutama yang ujungnya lancip, akan menyebabkan tekanan tidak wajar pada punggung. Untuk amannya, pakailah sepatu bertumit rendah dan usahakan tegak selama berdiri atau berjalan. Bila tetap ingin bergaya dengan sepatu tumit tinggi, pilihlah yang bersol rata.

.